Prajurit
Tak Bertuan
Suharto banyak
berurusan dengan pemberontakan Darul Islam selama meniti karir militernya.
Pasca kemerdekaan ia juga aktif memberantas kelompok kiri di antara pasukannya.
Tahun 1959, ia nyaris dipecat oleh Jendral Nasution dan diseret ke mahkamah
militer oleh Kolonel Ahmad Yani karena meminta uang kepada
perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah. Namun karirnya diselamatkan oleh Jendral
Gatot Subroto.
Dua
Musuh di Bawah Bayang Soekarno
Seperti banyak
prajurit yang lain, Suharto mencurigai kedekatan Soekarno dan pimpinan Partai
Komunis Indonesia (dalam gambar D.N. Aidit). Terutama sejak pemberontakan
komunis di Madiun 1948, eksistensi PKI sangat bergantung pada dukungan
Soekarno. Tanpanya PKI akan lumat oleh tentara. Permusuhan ABRI dan PKI tidak
cuma beraroma politis, melainkan juga dipenuhi unsur kebencian.
Bibit
Perpecahan
Suharto sibuk
membenahi karir ketika permusuhan ABRI dan PKI mulai memanas. Buat mencegah PKI
memenangkan pemilu dan menguasai pemerintahan, ABRI yang saat itu dipimpin duet
Ahmad Yani dan A.H. Nasution mengajukan mosi menjadikan Soekarno sebagai
presiden seumur hidup. Saat itu, konstelasi politik sudah mulai bergeser:
Soekarno tidak lagi melihat ABRI sebagai sekutu utamanya, melainkan PKI.
Berkaca
Pada Tiongkok
Meniru gerakan
kaum komunis di Tiongkok, PKI berupaya memperluas kuasa dengan niat
mempersenjatai petani dan praktik land reform. Soearno menyetujui yang kedua
dengan mengesahkan UU Pokok Agraria 1960. Tiga tahun kemudian, PKI melakukan
aksi sepihak dengan merebut tanah milik para Kyai di Jawa dan membagikannya
pada petani miskin. Langkah itu menciptakan musuh baru buat PKI, yakni kelompok
Islam.
Sikap
Diam Suharto
Enam jam
sebelum peristiwa G30S, Kolonel Abdul Latief mendatangi Soeharto buat
mengabarkan perihal rencana Cakrabirawa menculik tujuh Jendral. Latief saat itu
mengira, Suharto adalah loyalis Soekarno dan akan memberikan dukungan.
Kesaksian Latief menyebut, Suharto cuma berdiam diri. Setelah peristiwa
penculikan jendral, Suharto yang menjabat Panglima Kostrad lalu mengambil alih
komando ABRI.
Kehancuran
PKI, Kebangkitan Suharto
Pada 30
September, pasukan pengamanan Presiden, Cakrabirawa, mengeksekusi tujuh dari 11
pimpinan ABRI yang diduga kuat ingin mengkudeta Soekarno. Suharto lalu
memerintahkan pembubaran PKI dan penangkapan orang-orang yang terlibat. Letnan
Kolonel Untung, komandan Cakrabirawa yang sebenarnya kenalan dekat Suharto dan
ikut dalam operasi pembebasan Irian Barat, ditangkap, diadili dan dieksekusi.
Demo
dan Propaganda
Pergerakan
Suharto setelah G30S semata-mata diniatkan demi melucuti kekuasaan Soekarno. Ia
antara lain mengirimkan prajurit RPKAD buat menguasai Jakarta, termasuk Istana
Negara. Panglima Kostrad itu juga lihai menunggangi sikap antipati mahasiswa
terhadap Sukarno yang dimabuk kuasa. Saat Soekarno bimbang ihwal keterlibatan
PKI dalam G30S, mahasiswa turun ke jalan menuntutnya mundur dari jabatan.
Malam
Pogrom, Tahun Kebiadaban
Di tengah aksi
demonstrasi mahasiswa di Jakarta, ABRI memobilisasi kekuatan buat memusnahkan
pendukung PKI di Jawa dan Bali. Dengan memanfaatkan kebencian kaum santri dan
kelompok nasionalis, tentara mengorganisir pembunuhan massal. Jumlah korban
hingga kini tidak jelas. Pakar sejarah menyebut antara 500.000 hingga tiga juta
orang tewas. Tidak semuanya simpatisan PKI.
Eksekusi
Disusul Eksodus
Selain menangkap dan
mengeksekusi, massa dikerahkan menghancurkan toko-toko, kantor dan rumah milik
mereka yang diduga pendukung komunis. Sebagian yang mampu, memilih untuk
mengungsi ke luar negeri. Termasuk di antaranya Sobron, adik kandung pimpinan
PKI D.N. Aidit yang hijrah ke Tiongkok dan lalu ke Perancis dan bermukim di
sana hingga wafat tahun 2007.
Kelahiran Orde Baru
Setelah peristiwa G30S, Suharto yang notabene telah menjadi orang nomor satu di kalangan militer, membiarkan Soekarno berada di jabatannya, sembari menata peralihan kekuasaan. Selama 18 bulan, Suharto menyingkirkan semua loyalis Soekarno dari tubuh ABRI, menggandeng parlemen, mahasiswa dan kekuatan Islam, serta mengakhiri konfrontasi Malaysia. Kekuasaan Soekarno berakhir resmi di tangan MPRS.
Sumber : DW ( http://bit.ly/2vBwrgR )
Komentar
Posting Komentar